Dulu, waktu jaman saya kecil saya pernah diceritakan oleh mbah saya, bahwa di dunia ini ada orang yang melakukan pesugihan.
Jadi definisi pesugihan (menurut saya) : Melakukan perjanjian dengan setan, untuk memperkaya diri sendiri dengan mengorbankan nyawa dari orang lain. Jadi pesugihan tentu saja mengorbankan nyawa untuk mendapatkan "harta" dari setan (atau) apapun namanya. Konon orang yang dikorbankan akan "bekerja" untuk setan yang memberi "harta" kepada orang yang mengorbankan-nya. Tapi kemudian sesudah orang yang mengorbankan mati, maka "tumbal" tadi akan terlepas dari kungkungan setan tadi, selanjutnya orang yang melakukan pesugihan tadi yang akan menjadi "abdi" dari setan itu selamanya, na’udzubillah.
Jadi sebenarnya orang yang melakukan pesugihan sedang "mengorbankan" dirinya sendiri; untuk kepentingan sesaat. Pola-pola yang dilakukan oleh orang yang melakukan perjanjian dengan setan banyak macam : ada yang namanya Blorong, Putri Celeng dll, yang jelas pihak pihak Pertama (sebagai pencari pesugihan) melakukan perjanjian dengan Pihak Kedua (Blorong, Putri Celeng dll) "di atas kertas bermaterai" yang di saksikan oleh "penghubung" antara Pihak 1 dan Pihak 2 (sering disebut juru kunci). Selanjutnya Pihak 1 "diberi sesuatu" (harta, emas dlsb) oleh Pihak 2 dan seterusnya hingga Pihak 1 kaya raya (yang nggak wajar).
Kalau saya sebagai pelaku pesugihan : maka setan-setan itu akan saya akali dengan perjanjian sebagai berikut : Saya akan mengikuti setan-setan itu, kalau kekayaan saya harus lebih dari US$ 10.000 Triliyun (pasti setannya menyerah, nggak bakalan bisa kasih uang US$ 10.000 Triliyun).
Pola yang kedua adalah pola pencurian secara halus; ini dilakukan oleh yang namanya Tuyul, Buta Ijo, Babi ngepet dll. Makhluk-makhluk itu bersedia bekerja sama dengan "tuannya" karena ada "perjanjian" yang isinya makhluk itu bersedia membantu si "empu" nya, asal si makhluk tadi "dirawat" (bahasa wadaslintang : dirumat); dengan memberi asi, dupa dll. Gawatnya, pesugihan macam ini, menggunakan "body contact" dari si empunya untuk beraksi, seperti kasus si Babi ngepet, yang menggunakan empu untuk mencuri duit milik tetangga. Soal resiko nantinya saya kurang tahu karena saya agak lupa dulu mbah cerita.
Ada juga model : NGIRUP BANDHA, yang satu ini nggak pake perjanjian dengan siapapun, cuma melakukan puasa dan lain sebainya (sebenarnya puasanya juga berat banget; ada nglowong, mutih, matigeni dll). pola yang ini "menyedot" rejeki tetangga sekitar "menjadi rejekinya". Ngirup juga bisa dilakukan dengan menyedot "harta" keturunan kita. Akhirnya hanya kita yang kaya, sementara keturunan kita menderita (jawa: nandang lara cintraka). Dari ketiga pola diatas, saat ini (menurut saya) orang sudah mulai jarang menggunakan pola pesugihan diatas, karena berbagai alasan, misalnya takut mengorbankan keluarga dan lainnya, tapi ada yang lebih ganas dari pola-pola diatas : KORUPSI.
KORUPSI:
Pesugihan yang satu ini sebenarnya gabungan dari pesugihan-pesugihan diatas.
1. Mengorbankan nyawa orang lain; kalau pola Putri Celeng yang dikorbankan paling-paling keluarganya sendiri, kalau korupsi, dia akan mengorbankan ratusan, ribuan bahkan ratusan juta orang lain.
2. Pola Tuyul, Ngepet, dia menyedot harus dengan ekstra hati-hati, keluar malam-malam, mengendap-endap (agar nggak ketahuan orang lain); kalau ketahuan orang lain matilah dia. Tapi koruptor dia nggak perlu mengendap-endap, cukup dengan mengurangi uang proyek, mengurangi uang bantuan, ngemel kepada "orang kaya" dan minta kepada bawahan untuk tetap menulis sesuai RAB, maka selamatlah dia.
3. Ngirup, dia akan selalu menghirup uang orang lain, tanda tangan yang dibawahnya ada uang, proyek 100jt, turunnya cuma 60jt dll.
Jadi, orang korupsi hukumannya 100kali lebih berat dari pelaku pesugihan. Mau? (terima kasih kepada almarhum embah saya, yang sudah bercerita)
Sumber : http://wadaslintang.blogsome.com/
Jadi definisi pesugihan (menurut saya) : Melakukan perjanjian dengan setan, untuk memperkaya diri sendiri dengan mengorbankan nyawa dari orang lain. Jadi pesugihan tentu saja mengorbankan nyawa untuk mendapatkan "harta" dari setan (atau) apapun namanya. Konon orang yang dikorbankan akan "bekerja" untuk setan yang memberi "harta" kepada orang yang mengorbankan-nya. Tapi kemudian sesudah orang yang mengorbankan mati, maka "tumbal" tadi akan terlepas dari kungkungan setan tadi, selanjutnya orang yang melakukan pesugihan tadi yang akan menjadi "abdi" dari setan itu selamanya, na’udzubillah.
Jadi sebenarnya orang yang melakukan pesugihan sedang "mengorbankan" dirinya sendiri; untuk kepentingan sesaat. Pola-pola yang dilakukan oleh orang yang melakukan perjanjian dengan setan banyak macam : ada yang namanya Blorong, Putri Celeng dll, yang jelas pihak pihak Pertama (sebagai pencari pesugihan) melakukan perjanjian dengan Pihak Kedua (Blorong, Putri Celeng dll) "di atas kertas bermaterai" yang di saksikan oleh "penghubung" antara Pihak 1 dan Pihak 2 (sering disebut juru kunci). Selanjutnya Pihak 1 "diberi sesuatu" (harta, emas dlsb) oleh Pihak 2 dan seterusnya hingga Pihak 1 kaya raya (yang nggak wajar).
Kalau saya sebagai pelaku pesugihan : maka setan-setan itu akan saya akali dengan perjanjian sebagai berikut : Saya akan mengikuti setan-setan itu, kalau kekayaan saya harus lebih dari US$ 10.000 Triliyun (pasti setannya menyerah, nggak bakalan bisa kasih uang US$ 10.000 Triliyun).
Pola yang kedua adalah pola pencurian secara halus; ini dilakukan oleh yang namanya Tuyul, Buta Ijo, Babi ngepet dll. Makhluk-makhluk itu bersedia bekerja sama dengan "tuannya" karena ada "perjanjian" yang isinya makhluk itu bersedia membantu si "empu" nya, asal si makhluk tadi "dirawat" (bahasa wadaslintang : dirumat); dengan memberi asi, dupa dll. Gawatnya, pesugihan macam ini, menggunakan "body contact" dari si empunya untuk beraksi, seperti kasus si Babi ngepet, yang menggunakan empu untuk mencuri duit milik tetangga. Soal resiko nantinya saya kurang tahu karena saya agak lupa dulu mbah cerita.
Ada juga model : NGIRUP BANDHA, yang satu ini nggak pake perjanjian dengan siapapun, cuma melakukan puasa dan lain sebainya (sebenarnya puasanya juga berat banget; ada nglowong, mutih, matigeni dll). pola yang ini "menyedot" rejeki tetangga sekitar "menjadi rejekinya". Ngirup juga bisa dilakukan dengan menyedot "harta" keturunan kita. Akhirnya hanya kita yang kaya, sementara keturunan kita menderita (jawa: nandang lara cintraka). Dari ketiga pola diatas, saat ini (menurut saya) orang sudah mulai jarang menggunakan pola pesugihan diatas, karena berbagai alasan, misalnya takut mengorbankan keluarga dan lainnya, tapi ada yang lebih ganas dari pola-pola diatas : KORUPSI.
KORUPSI:
Pesugihan yang satu ini sebenarnya gabungan dari pesugihan-pesugihan diatas.
1. Mengorbankan nyawa orang lain; kalau pola Putri Celeng yang dikorbankan paling-paling keluarganya sendiri, kalau korupsi, dia akan mengorbankan ratusan, ribuan bahkan ratusan juta orang lain.
2. Pola Tuyul, Ngepet, dia menyedot harus dengan ekstra hati-hati, keluar malam-malam, mengendap-endap (agar nggak ketahuan orang lain); kalau ketahuan orang lain matilah dia. Tapi koruptor dia nggak perlu mengendap-endap, cukup dengan mengurangi uang proyek, mengurangi uang bantuan, ngemel kepada "orang kaya" dan minta kepada bawahan untuk tetap menulis sesuai RAB, maka selamatlah dia.
3. Ngirup, dia akan selalu menghirup uang orang lain, tanda tangan yang dibawahnya ada uang, proyek 100jt, turunnya cuma 60jt dll.
Jadi, orang korupsi hukumannya 100kali lebih berat dari pelaku pesugihan. Mau? (terima kasih kepada almarhum embah saya, yang sudah bercerita)
Sumber : http://wadaslintang.blogsome.com/
