Lech Walesa
Lech Walesa bekerja sebagai tukang listrik di galangan kapal Gdansk, Polandia. Lantaran ketidakadilan yang dilakukan perusahaan terhadap buruh, Lech Walesa mendirikan serikat buruh solidaritas. Popularitasnya pun meningkat tajam yang berujung pada jatuhnya pemerintahan komunis Polandia.
Pada 1990, Lech Walesa mencalonkan diri sebagai presiden Polandia dan terpilih. Jabatan itu dipegangnya selama 5 tahun. Di sisi lain, atas jasanya dalam melawan kediktatoran di Polandia, Lech Walesa mendapat penghargaan Nobel Perdamaian 1993.
Tetapi dalam pemilu 1995, Lech gagal memerpanjang jabatannya. Lalu apa yang dilakukannya?
Lech kembali ke Gdansk dan bekerja lagi sebagai tukang listrik. Ketika itu dia santai saja berkata bahwa dirinya masih muda dan sehat. Di sisi lain, pensiunnya sebagai mantan presiden sangat kecil. Sekitar 500 ribu rupiah sebulan.
Ayatullah Khomeini
Pada 1979, Ayatullah Khomeini datang ke Iran dalam keadaan miskin. Tetapi pesona kharismanya berhasil menumbangkan pemerintah Iran dibawah pimpinan Raja Shah Iran. Sejak itu, seluruh rakyat Iran tunduk dibawah undang-undangnya. Dapat dikatakan, Iran benar-benar berada dalam genggaman tangannya.
Kekuasaan Ayatullah Khomeini tidak surut hingga dia wafat pada 1988. Lalu apa warisan yang ditinggalkan untuk keluarganya?
Hampir tidak ada. Ayatullah Khomeini meninggal dalam keadaan miskin. Persis sama saat kedatangannya pada 1979.
Ketika BJ Habibie (masih menjadi Menristek) berkunjung ke Iran dan melihat rumahnya, Habibie menangis melihat kesederhanaan rumah Sang Ayatullah.
Itu hanya sekelumit kisah manusia sederhana yang pernah memimpin sebuah bangsa. Sebenarnya masih banyak kisah serupa Lech Walesa dan Ayatullah Khomeini. Kisah orang-orang yang miskin harta benda, tetapi mampu mengubah jalannya sejarah.
Harta Kekayaan Capres dan Cawapres
Kini kita sedang menyaksikan beberapa figur yang akan memimpin negeri ini. Dan kita bersyukur figur yang akan tampil memiliki kekayaan yang lumayan besar.
Konon kabarnya keenam figur tersebut memiliki kekayaan kira-kira sebesar ini.
1. SBY : sebesar Rp7,14 Milyar dan USD44.887
2. Boediono: sebesar Rp18,66 Milyar
3. Jusuf Kalla: sebesar Rp253 miliar dan USD14928
4. Wiranto: sebesar Rp. 46,5 milyar
5. Megawati: sebesar Rp.86,26 miliar
6. Prabowo: sebesar Rp. 1,7 trilyun
Sejujurnya saya tidak kagum dengan kekayaan yang mereka miliki. Sebab mereka memang memerolehnya secara halal. Jadi ya buat saya biasa-biasa saja.
Intinya, siapapun yang dalam hidupnya bekerja keras, maka dia layak mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang dikerjakannya.
Saat ini mereka sedang menghadapi persaingan dalam memegang kekuasaan di negeri ini, sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Belum jelas siapa yang akan menjadi RI 1 dan RI 2. Sebab Pilpres 2009 belum dimulai.
Ketiga pasangan capres dan cawapres tersebut memiliki peluang yang sama besar. Ketiga pasangan itu sama-sama kandidat kuat untuk menjadi yang terbaik dalam membawa negeri ini menuju Indonesia yang adil dan sejahtera. Impian kita semua.
Dengan kata lain ada 3 skenario kemungkinan yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden periode 2009-2014, yaitu pasangan: (urutan berdasarkan abjad)
1. JK-Win
2. Mega-Prabowo.
3. SBY-Boediono
Siapapun figur yang akan memimpin negeri ini bukanlah wewenang saya. Atau lebih tepatnya wewenang rakyat yang akan mencontreng nanti.
Saya justru sedang berpikir tentang harta kekayaan yang mereka miliki pada 2014 nanti.
Dialog Kuantum 2014
Andaikan salah satu pasangan tersebut memimpin negeri dan kemudian berakhir pada 2014, apa sesungguhnya yang terjadi dengan harta kekayaan mereka?
Inilah hasil dialog yang saya dapatkan.
1. Jusuf Kalla-Wiranto sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2009-2014. Pemerintahan berjalan aman dan lancar hingga berakhir pada 2014.
Setelah Jusuf Kalla dan Wiranto tidak lagi menjabat presiden dan wakil presiden, saya mencoba menemuinya dan bertanya seputar harta kekayaan mereka.
BaNi MusTajaB: Bapak Jusuf Kalla, apakah boleh saya mengetahui mengenai harta kekayaan bapak sekarang ini (2014)?
Jusuf Kalla: Bagaimana perkiraan Anda?
BaNi MusTajaB: Umumnya harta kekayaan akan bertambah. Apalagi dengan jabatan yang bapak pegang.
Jusuf Kalla: Salah besar. Anda bisa buktikan sendiri berapa kekayaan saya dan juga kekayaan Bapak Wiranto saat ini (tahun 2014).
BaNi MusTajaB: Lho? Apa sebenarnya yang terjadi dengan kekayaan bapak?
Jusuf Kalla: Harta saya berkurang sekitar 50 persen dari harta yang saya miliki sebelum saya menjadi presiden. Bahkan harta bapak Wiranto berkurang sekitar 40 persen.
BaNi MusTajaB: Mengapa hal itu bisa terjadi? Apa perusahaan bapak bangkrut?
Jusuf Kalla: Anda salah lagi. Ketahuilah, sebagian harta kekayaan saya dan juga harta kekayaan bapak Wiranto telah saya berikan untuk rakyat negeri ini.
BaNi MusTajaB: Apakah bapak tidak takut jatuh miskin?
Jusuf Kalla: Sama sekali tidak. Saya justru bersyukur dapat memberikan sebagian harta saya kepada rakyat.
BaNi MusTajaB: Mengapa demikian?
Jusuf Kalla: Sebab saya dan juga bapak Wiranto percaya bahwa harta yang saya berikan kepada rakyat itu akan diganti oleh Tuhan Yang Maha Besar di akhirat nanti. Itulah harta saya sesungguhnya.
2. Megawati-Prabowo sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2009-2014. Pemerintahan berjalan aman dan lancar hingga berakhir pada 2014.
Setelah Megawati dan Prabowo tidak lagi menjabat presiden dan wakil presiden, saya pun mencoba menemuinya dan bertanya seputar harta kekayaan mereka. Ternyata jawabannya sangat mengejutkan.
BaNi MusTajaB: Ibu Megawati, apakah boleh saya mengetahui mengenai harta kekayaan Ibu dan juga Bapak Prabowo?
Megawati: Memangnya kenapa? Kamu pasti berpikir saya dan pak Prabowo mengumpulkan harta saat memimpin negeri ini?
BaNi MusTajaB: Bukan seperti itu maksud saya, Bu. Ya, cuma ingin tahu saja.
Megawati: Ketahuilah ya, dik. Harta kekayaan saya berkurang hampir 30 persen. Sedangkan harta milik pak Prabowo berkurang sangat banyak. Mungkin sekitar 70 persen.
BaNi MusTajaB: Mengapa bisa begitu? Apa bisnis SPBU lagi surut? Atau….?
Megawati: Kamu kok bicara begitu, dik. Tidak mungkin saya mengurus SPBU saat saya menjadi presiden. Justru sebagian harta kekayaan saya berikan untuk membantu wong cilik.
BaNi MusTajaB: Oh…begitu ya, Bu.
Megawati: Ya, iyalah. Saya ini kan dipilih wong cilik. Padahal wong cilik itu umumnya miskin dan tidak mampu. Makanya saya gigih membantu mereka dengan harta saya dan bukan menggunakan anggaran belanja Negara.
BaNi MusTajaB: Lantas apa yang terjadi dengan kekayaan Pak Prabowo?
Megawati: Oooaaalllaaaah, dik. Pak Prabowo itu sangat sangat perhatian dengan wong cilik. Kekayaannya yang trilyunan itu hampir habis digunakan untuk membantu wong cilik di negeri ini. Syukurlah ada hasilnya. Rakyat yang miskin menjadi berkurang.
BaNi MusTajaB: Apa Bu Mega dan Pak Prabowo tidak takut miskin?
Megawati: Ayah saya yang proklamator itu ketika meninggal juga tidak membawa apa-apa. Kekayaannya tidak ada. Rumah saja tidak punya. Karena itu saya malu apabila saya mengumpulkan harta saat saya dipercaya sebagai presiden.
BaNi MusTajaB: Jadi….????
Megawati: Tuhan Maha Tahu dengan perbuatan hambaNya. Saya dan Pak Prabowo berharap agar tidak ada lagi kemiskinan di negeri ini. Meskipun kami harus mengorbankan harta milik pribadi.
3. SBY-Boediono sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2009-2014. Pemerintahan berjalan aman dan lancar hingga berakhir pada 2014.
Setelah SBY dan Boediono tidak lagi menjabat presiden dan wakil presiden, saya pun mencoba menemuinya dan bertanya seputar harta kekayaan mereka. Karena Bapak SBY sedang ada acara keluarga, maka saya menemui Bapak Boediono.
BaNi MusTajaB: Begini Pak Budiono. Apakah saya boleh mengetahui mengenai…..
Boediono: Ya, saya sudah tahu. Anda pasti ingin bertanya tentang harta kekayaan saya dan juga harta milik Pak SBY.
BaNi MusTajaB: Tentu Pak Bud tidak keberatan menjelaskannya..
Boediono: Tentu saja tidak. Silahkan diaudit dan dicek dengan teliti.
BaNi MusTajaB: Tetapi saya mendengar harta bapak berkurang.
Boediono: Ya, begitulah. Secara materi, harta saya dan harta Pak SBY berkurang. Tetapi kami yakin, harta itu akan kami peroleh kembali suatu saat nanti.
BaNi MusTajaB: Lho? Apa maksud Pak Bud?
Boediono: Sebagai orang yang beragama, tentu kami percaya bahwa setiap amal perbuatan akan diberi ganjaran berlipat ganda. Karena itu, saya tidak menyesal harta saya dan harta Pak SBY berkurang.
BaNi MusTajaB: Tapi Bapak sudah tua. Andaikan harta itu diperoleh kembali maka percuma saja harta itu.
Boediono: Kamu memang bodoh. Maksud saya begini. Ganjaran atau pahala itu akan kami peroleh di akherat nanti. Kami sedekahkan harta kami untuk kemaslahatan umat. Karena kami percaya, sedekah memberi banyak faedah yang besar saat kita bertemu Tuhan di alam barzah. Insya Allah.
Harta Gaib
Saya tersenyum usai mewawancarai mereka. Ternyata mereka memiliki pemikiran yang jernih dan cerdas. Jabatan tidak dijadikan alat untuk menumpuk kekayaan. Sebaliknya, harta pribadi yang mereka miliki justru membawa manfaat bagi rakyat negeri ini.
Mereka lebih memilih harta yang abadi. Harta yang akan diperolehnya di alam akherat saat bertemu Tuhan Yang Maha Kuasa. Itulah harta gaib.